Bab 777
Bab 777
Setiap detik dan setiap hari yang dihabiskan ketika sakit adalah siksaan baginya, tetapi dia masih harus menunggu selama satu bulan.
Selena menghela napas. Dia berharap bisa segera menghubungi George meski itu hanya untuk melihat
foto anaknya.
Namun, George pasti punya identitas khusus. Selena tidak berani menggunakan nomor lamanya lagi, jadi dia tidak bisa menghubungi George.
Harvey sudah menunggu lama dan akhirnya dia mendapatkan pembaruan video dari Selena lagi.
Sudah berhari–hari Selena tidak pergi ke halaman. Harvey bisa melihat kalau tubuh Selena memang sangat lemah. Bahkan saat Selena keluar hari ini, dia hanya bisa duduk di kursi roda.
Harvey mengusap layar dengan jarinya. Sepertinya Selena lebih kurus dari sebelumnya. Tidak ada daging di wajahnya sama sekali, dagunya tajam, terutama matanya yang besar dan menakutkan.
“Ini yang keenam kalinya, ‘kan?”
“Ya, setelah kemoterapi ini selesai, nyonya hanya perlu istirahat yang baik.”
“Orang seperti Selena nggak akan merepotkan orang terlalu lama. Dia akan pergi begitu tubuhnya
membaik. Kalian harus mengawasi sekitar vila.”
“Apa Tuan Harvey akan pergi?”
Harvey sudah kembali ke dalam negeri setengah tahun yang lalu. Dulu dia suka merendah dan tidak
pernah mengikuti kegiatan apa pun.
Sebaliknya, sekarang dia sering ikut dalam beberapa kegiatan bisnis dan amal.
Dia bahkan mendirikan sebuah dana amal untuk membantu penderita kanker, membantu banyak orang
miskin yang sakit dan tidak punya uang.
Media bersaing untuk melaporkan berita tentangnya. Selena juga sering melihat wajah Harvey di layar. Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!
Harvey menjadi makin kurus dan wajahnya juga terlihat pucat. Jelas terlihat kalau kematian palsunya
sangat mempengaruhi Harvey.
Namun, tidak ada obat penyesalan dalam hidup, ‘kan?
Sekarang, Selena hanya memperhatikan Harvey untuk memastikan apa Harvey berada di dalam negeri
sehingga dia bisa hidup dengan tenang tanpa ada hubungan emosional.
Ini adalah acara amal terbaru yang diikuti oleh Harvey. Dia tidak mengenakan setelan jas, melainkan
mengenakan kaos putih sederhana yang mencetak logo yayasan.
Kesan kedewasaannya berkurang sedikit karena tubuhnya menjadi kurus. Dia malah terlihat beberapa
tahun lebih muda.
Rambutnya tidak dinaikkan dengan wax sehingga poni depannya yang pendek tergerai di depan dahi.
Pandangan banyak wanita muda di tempat itu terus tertuju padanya, sementara taman kanak–kanak
yang dia dukung telah dibangun dan siswa angkatan pertama sudah masuk sekolah.
Anak–anak kecil itu mengelilinginya, tetapi dia tidak bersikap dingin dan malah mengulurkan tangan
untuk mengangkat anak itu dengan senyumnya yang hangat.
Awalnya Selena ingin menutup siaran langsung Harvey. Setelah memastikan kalau dia masih hidup,
tujuannya di Kota Arama telah tercapai.
Kebetulan wartawan menyerahkan mikrofon kepada Harvey. “Tuan Harvey, apa alasan Anda begitu
antusias melakukan amal?”
“Dulu ada seseorang yang memberitahuku, kalau suatu hari nanti dia punya kemampuan, dia pasti akan membantu mereka yang nggak punya tempat tinggal, sulit mendapatkan pengobatan, dan nggak mampu untuk bersekolah. Aku hanya sedang mewujudkan impiannya saja.”
“Orang ini pasti sangat penting bagi Anda, ‘kan?”
Tadinya Harvey sedang mengawasi anak–anak, tetapi tiba–tiba dia mengangkat kepalanya dan melihat
ke arah kamera.
“Ya, sangat penting. Dia adalah cinta sejatiku seumur hidupku.”
“Apa itu …
Sebelum wartawan menyelesaikan kata–katanya, Harvey memotongnya dengan dingin. “Di mana pun dia berada, aku akan mengingat setiap kata yang pernah dia katakan dan menyelesaikan semua hal yang belum dia selesaikan.”
“Ya ampun, Tuan Harvey benar–benar sangat mencintainya.” Pembawa acara itu menatap Harvey dengan mata berbinar–binar.
213. 213.
Harvey masih terus inehalap kamera dengan tajam. Ada sesaat di mana Selena seolah–olah merasa pandangan Harvey melalui kamera tertuju padanya.
Selena mendengar sellap kata–kata Harvey dengan jelas. “Aku mencintainya, aku akan selalu mencintainya di mana pun dia berada.”