Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 781



Bab 781

Hari–hari berlalu begitu biasa selama dua minggu ini. Selena sangat puas dengan Glo. Orang Ini pada dasarnya tidak punya keberadaan yang mencolok.

Biasanya Selena berada di dalam rumah pada siang hari, sedangkan Glo berada di halaman luar. Jangankan masuk ke kamar tidur utama, Gio bahkan tidak akan masuk ke ruang tamu.

Setelah Selena tidur di malam hari, Gio akan kembali ke kamarnya. Pagi hari saat Selena bangun, Gio

sudah berlatih di halaman.

Kalau Selena ingin pergi, dia akan memanggil Gio dan Gio akan mendorong kursi rodanya. Terkadang mereka pergi ke supermarket untuk berbelanja atau hanya berjalan–jalan di kompleks perumahan.

Selain membicarakan hal yang diperlukan, Gio sangat jarang bicara. Dia sering membuat orang

melupakan keberadaannya.

Hingga suatu hari, Gio tiba–tiba mengetuk pintu kaca di luar ruang tamu.

Selena membuka pintu dan menatap Gio dengan tenang. “Ada apa?”

Pria itu menunjukkan ekspresi malu di wajahnya. “Nona, tadi saya menemukan seekor kucing kecil di luar. Saya merasa kasihan padanya. Bagaimana kalau kita merawatnya?”

Selena meletakkan buku dengan heran. “Kucing?”

Gio mengeluarkan kedua tangannya dengan ragu–ragu dari belakang punggungnya. Tangannya cukup

besar, sedangkan kucing itu sangat kecil. Property © 2024 N0(v)elDrama.Org.

Itu adalah seekor kucing putih kecil yang baru saja lahir. Telinganya hilang satu, entah digigit oleh binatang apa, tetapi bekas gigitannya masih terlihat.

Selena hampir tidak bisa menahan air matanya saat pertama kali melihat kucing ini.

Baik itu warna mata maupun telinga kucing ini, semuanya sama persis seperti ciri khas Bonbon.

Selena teringat pada gambaran di mana Bonbon jatuh dari lantai atas dan tergeletak di dekat kakinya

pada siang hari. Tubuhnya dingin dan tak bernyawa.

“Kucing ini …”

Hati Selena terasa sangat sakit. Bahkan jarinya yang ingin menyentuh kucing itu dengan hati–hati tidak

berani menyentuhnya.

Setiap kali Gio melihat Selena dalam beberapa hari terakhir, Selena selalu terlihat sangat tenang seperti

gumpalan awan.

Namun, pada saat ini Selena terlihat kacau balau. Ekspresi wajahnya sangat rumit.

“Maaf, Nona Selena, saya tidak tahu kalau Nona tidak suka kucing. Saya akan segera membuangnya.”

Kucing kecil itu masih terus mengeong. Selena segera berkata, “Jangan membuangnya! Berikan padaku.

Tanpa berkata–kata, Selena merebut kucing kecil dari tangan Gio.

Bulu kucing itu sangat halus dan lembut. Tubuhnya agak kotor, tetapi sepasang matanya sangat bersih

seperti anak kecil.

Kucing itu memperhatikan Selena dengan penasaran tanpa rasa takut terhadap orang asing.

Selena bertanya dengan suara lembut, “Bonbon, apa kamu sudah pulang?”

Gio bertanya dengan penasaran, “Apa Nona Selena mengenal kucing ini?”

“Aku pernah memelihara seekor kucing yang sangat mirip dengannya.”

Selena memeluk kucing kecil itu dengan penuh kasih sayang, sementara Gio mengingatkannya, “Nona Selena, kalau Nona ingin memeliharanya, lebih baik kita bawa ke rumah sakit hewan dulu. Sepertinya ini kucing liar. Kalau ada masalah, ia bisa diobati dulu, dan ia juga harus mandi.”

“Baiklah, apa kamu bisa mengurus ini? Sudahlah, aku akan pergi bersamamu.”

Selena benar–benar menganggap kucing kecil sebagai reinkarnasi Bonbon. Wajah muramnya akhirnya

punya warna lain.

“Kita pergi ke rumah sakit hewan sekarang juga!”

“Baik, Nona Selena. Saya akan segera bersiap, tolong tunggu sebentar.”

Selama perjalanan, Selena tidak keberatan dengan kekotoran kucing kecil ini. Dia terus memeluknya di pangkuannya dan mengelus–elusnya berulang kali sambil tersenyum lembut.

Gio berkata, “Nona Selena, saya pernah mendengar sebuah pepatah, kita mungkin akan bertemu lagi dengan orang atau benda yang telah meninggalkan dunia ini.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.