Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 750



Bab 750

“Katakan, akan kubantu sebisaku.”

Selena berbisik, setelah itu Lewis terlihat khawatir. “Kamu yakin?”

“Kak Lewis, entah hidup atau mati, aku harus pergi.”

“Oke, aku akan melakukan yang terbaik.”

Harvey sekali lagi mendapatkan laporan pemeriksaan darah rutinnya dan menjadi bingung. “Angka sel

darah merah dan sel darah putih Selena sudah naik sedikit, semua data membaik, kenapa dia masih

nggak bisa bangun dari tempat tidur?”

Hansen juga menggeleng, “Eh? Masa? Harusnya sih Nyonya sudah bisa berjalan.” All rights © NôvelDrama.Org.

Lewis menatap mereka dengan dingin, lalu berkata, “Apa kalian tahu seberapa kuat obat kemoterapi?

Selain sel kanker, sel normalnya juga ikut terbunuh. Satu kali kemoterapi aja sudah cukup untuk merusak energinya. Lututnya lemas, tangan dan kakinya dingin. Ini baru juga 20 hari, jadi wajar kalau dia nggak bisa bangun. Kalian pikir organ tubuh yang sudah terlanjur rusak bisa sembuh dalam waktu satu dua bulan? Paling nggak butuh setahun dua tahun tahu! Bahkan ada beberapa pasien yang harus

menderita efek samping sampai selama tujuh delapan tahun.”

Hansen memang bukan ahli onkologi, dia tidak memiliki keahlian seperti Lewis.

“Ya, sudah bagus kondisi Nyonya membaik. Tuan nggak bisa mengharapkan dia pulih dengan cepat

seperti sakit flu biasa.”

Harvey mengusap lelah di matanya dan menjawab, “Aku terlalu terburu–buru.”

“Ya, Tuan Harvey. Ini adalah berkah ditengah kemalangan, kita harus bersyukur kondisi. Nyonya bisa

stabil seperti ini. Tuan jangan gegabah.”

“Kondisi Selena nggak terlalu baik, tapi sudah bagus asal ada kemajuan. Aku akan terus memantaunya. Tapi, Tuan Harvey, tolong jangan membuat Selena terstimulasi. Tuan harus membuat suasana hatinya

tetap stabil dan nyaman.

“Aku tahu.”

Untuk membuat Selena merasa tenang, Harvey sudah menghindarinya. Agatha juga dilarang ke mana-

mana dan dikurung di halaman belakang olehnya.

Untuk mencegah Agatha melakukan kejahatan lagi, yang paling aman adalah menjaganya di bawah

1/3:

pengawasan sendiri.

Harvey menciptakan suasana penyembuhan yang baik bagi Selena, berdoa siang dan malam agar dia

bisa sembuh.

Mereka tidak tahu bahwa setiap malam Selena diam–diam bangun dari tempat tidur dan menggerakkan

tubuhnya, dia berlatih memanjat di halaman.

Lewis telah mengirimkan denah rumah keluarga Irwin kepadanya. Meskipun dia berada di lantai satu, di luar dinding adalah taman yang besar dan di mana–mana terdapat kamera pengawas, sehingga

kemungkinannya untuk kabur sangat kecil.

Sekali saja Harvey mendapati dia akan melarikan diri, pengawasan akan menjadi lebih ketat dan Selena

pun jadi tidak punya kesempatan lagi.

Jadi rencana untuk melarikan diri dari Keluarga Irwin terhenti.

Satu–satunya cara untuk kabur adalah meninggalkan rumah keluarga Irwin terlebih dahulu.

“Kak Lewis, aku punya rencana tapi butuh bantuan, nanti tolong bantu aku ya.”

“Oke.”

Selena sudah tahu bahwa Agatha juga tinggal di vila ini dan dia adalah bintang keberuntungannya.

Hanya saja halaman Agatha dijaga oleh seseorang dan tidak bisa bergerak leluasa karena kondisi

kakinya. Selena juga sulit memancingnya keluar.

Sore ini, Selena meminta Bibi Eri mengajaknya berjalan–jalan.

“Bibi Eri, aku belum pernah ke sana, aku mau ke sana.”

Jalan yang ditunjuk Selena adalah jalan menuju halaman Agatha, wajah Bibi Eri pun berubah. “Ini sudah

larut, dokter bilang kamu harus sering makan, kita pulang dulu ya.”

“Bibi Eri, aku nggak lapar. Aku mau ke sana, aku bosan setiap hari di kasur.”

“Nggak ada yang bagus di sana. Kita ke taman di depan saja ya.”

Selena melihatnya dengan dingin, “Kenapa aku nggak boleh kesana? Harvey menyembunyikan

seseorang di sana?”

“Nyonya jangan berpikir macam–macam. Nggak mungkin.”

“Bawa aku ke sana.”

Bibi Eri bingung kenapa Selena begitu memaksa, bukankah ini menyusahkan dirinya sendiri?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.